Dulmatin Lenyap, Amankah Indonesia?

April 1, 2010 at 9:04 am Tinggalkan komentar

Oleh : Heru Lianto

Lenyapnya Dulmatin terkena peluru panas oleh Densus 88 tentu saja harus dianggap sebagai sukses operasi polisi, meskipun banyak dipertanyai. Pertanyaannya adalah mengapa pentolan jaringan Jamaah Islamiyah sehebat Dumatin tidak ditangkap hidup-hidup?

Memang tidak semua pentolan teror bom di Indonesia tewas dalam penyergapan seperti Noordin M Top dan Dr. Azhari . Misalnya Ainul Bahri alias Abu Dujana, namanya dikantongi polisi selepas ledakan Bom di Hotel JW Marriot, Agustus 2003. Sebagai Sekretaris Komando Pusat Jamaah Islamiyah, Abu Dujana dituduh bertemu Noordin M Top dan Dr Azhari, dua bulan sebelum ledakan. Pertemuan pertama dilakukan di Bandung beberapa hari setelah ledakan.

Abu Dujana juga terkait dengan teror bom di depan kedutaan Australia, September 2004, yang menewaskan 11 orang tak berdosa. Dia pula yang dianggap menitipkan Noordin dan Dr. Azhari saat pelarian mereka berbagai rumah aman dalam jaringan kelompok Jamaah Islamiyah di Pulau Jawa. Abu Dujana masuk jaringan dalam mondok di pesantren Lukmanul Hakim, Johor, Malaysia, tahun 1991. Dia adalah murid Muchlas.

Lalu bagaimana gurunya? Abu Dujana adalah veteran perang Afganistan. Dia menguasai teknik senjata api ringan, perakitan bom, dan taktik perang. Bahkan, Abu Dujana termasuk lulusan terbaik angkatan Ketujuh Akademi Militer di Afganistan. Namun saat dibekuk pada Juni 2007, Abu Dujana nyaris tidak melawan. Polisi mencegat dan menembak paha kiri Abu Dujana saat dia bersama istri dan bayinya hendak menuju tempat pemilihan kepala desa di Kebarongan, kecamatan Kemranjen, Jawa Tengah. Abu Dujana divonis 15 tahun penjara atas penyimpanan senjata dan bahan peledak serta perannya membantu dan menyembunyikan pelaku teror.

Selain Abu Dujana, pelaku teroris yang di tangkap hidup-hidup adalah Hambali. Tapi penangkapnya bukan polisi kita, tapi agen intelijen Amerika Serikat, CIA. Hambali alias Nurjaman alias Ridwan Isamuddin berangkat dari kampung, Cianjur, Jawa Barat. Dia di ringkus di apartemen di pusat Kota Ayutthaya sekitar 80 kilometer di utara Bangkok, Thailand, 12 Juni 2003. Hambali memang burunon internasional, dia bukan semata memberi perintah serangkain teror bom di Indonesia sejak tahun 2000, tapi juga serangan yang berskala dunia. Mulai dari Manila, Filiphina, hingga New York, AS.

Pada Januari 2000 di Kuala lumpur Malaysia, Hambali ditenggarai berjumpa dengan dua orang anggota Al-Qaedah, keduanya kemudian membajak salah satu pesawat terbang yang merobohkan menara kembar World Tarade Center (WTC), di NewYork dan markas pertahanan Amerika Serikat, di Pentagon, 11 September 2001. Serangan yang mengubah pentagon ke konflik gobal dengan menyudutkan dunia islam. Seperti pentolan jamaah islamiyah lainnya, Hambali mengenyam pengalaman perang di Afganistan. Sejak Hambali ke Batam komando operasi teror bom di Indonesia dan sekitarnya diserahkan kepada sejawatnya, termaksud  Noordin M. Top dan joko pitono alis Dulmatin.

Lenyapnya Dulmatin terkena peluru panas oleh Densus 88 tentu saja harus dianggap sebagai sukses operasi polisi, meskipun banyak dipertanyai. Pertanyaannya adalah mengapa pentolan jaringan Jamaah Islamiyah sehebat Dumatin tidak ditangkap hidup-hidup. Seperti Hambali, Dulmatin dapat menjadi sumber informasi mengejar Jamaah Islamiyah. Karena dia bagai pusat jaring laba-laba?

Seperti Hambali, Dulmatin dapat menjadi sumber informasi mengejar Jaringan Islamiyah. Dia bagai pusat jaring laba-laba. Dulmatin bukan saja mengenal Trio bom Bali, duet Azhari – Noordin, dan sejumlah pelaku teror lainnya. Dia aktif dalam sebagian besar dari 24 kasus teror bom di Indonesia sejak tahun 2000. Tak heran, meninggal Noordin, Dulmatin menggantikannya sebagai pemimpin militer  Jamaah Islamiyah.

Tentunya, dengan kematian Dulamatin polisi harus lebih keras berusaha mengorek informasi tentang pentolan teror bom lainnya yang kini buron. Sebut saja, Umar Patek. Dia berdarah Jawa Arab yang berusia 40 tahun, dan kepalanya dihargai US $1 Juta adalah rekan sejawat Dulmatin yang turut terlibat dalam setiap aksi. (Lihat, “Umar Patek-Dulmatin Dihargai Rp 102,3 M,”Wartakota 10 Maret 2010)

Saat operasi teror bom Bali I misalnya, Umar Patek berperan sebagai pengamat lapangan. Dulmatin dan Umar Patek juga malang melintang di Filipina bersama kelompok Abu Sayap. Spesialisasi Umar adalah strategi perang, kini dialah kaki dan terkuat pengganti Dulmatin. Diduga Umar kini berada Mindanau Selatan bersama Zulkarnain alias Daud alias Arif Sudarso, dia juga rekan Dulmatin. Namun ketimbang Umar Patek, Zulkarnaen yang berasal dari Kebang Kidul Sragen, Jawa Tengah, lebih misterius.

Zulkarnaen pernah mondok di Pesantren Al Mukmin Ngruki. Sebelum berkuliah di Jurusan Biologi, Universitas Gajah Mada, Jogyakarta. Dia veteran mandala Afghanistan dan terakhir diketahui menjabat sebuah dewan laskar panglima komando kelompok persenjataan Jamaah Islamiyah.

Selain Umar Patek dan Zulkarnaen, pentolan lainnya yang raib adalah Taufik Bulaga yang berasal dari Lawangah, Poso, Sulsel, jadi dia dikenal sebagai Upik Lawanga. Upik dikenal sebagai ahli meracik bom. Ledakan di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton pada tahun 2009 yang merenggut sembilan nyawa berasal dari bom yang pula rakitannya serupa dengan buatan Upik, yang digunakan dalam konflik poso beberapa tahun sebelumnya. Keahliannya yang menyamai Dr. Azhari membuat Upik dijuluki sebagian kawanannya sebagai bak professor. Sebagian lagi, seperti mantan Amir Jamaah Islamiyah, Abu Rusdan, dia malah sanksi, Upik demikian hebat. (lihat,”Bom Marriott dan Ritz-Carlton Diduga Buatan Upik,”Tempointeraktif, 31 Juli 2009)

Hebat atau tidak yang jelas Upik termasuk pentolan terror bom yang bersama Umar Patek dan Zulkarnaen kini tidak jelas dimana rimbanya. Mereka bisa muncul lagi sewaktu-waktu, bisa sendiri, bisa bersama teman baru. Polisi telah membengkuk 400 anggota Jamah Islamiyah yang terlibat teror bom, 242 orang diantaranya telah menjalani hukuman dan kembali kedunia bebas.

Lalu siapa berani menjamin mereka tak tertarik lagi pada ajaran islam yang ditafsirkan secara radikal. Apalagi Israel terus menjajah Palestina, baik secara kasar maupun halus. Apalagi Amerika Serikat dan dunia barat terus mendukung Israel. Paling tidak, pura-pura tidak tahu. Apalagi kalangan muslim moderat tidak bisa menyodorkan jawaban alternatif yang damai bagi persolan di Palestina, Iran dan Afganistan.

Tanpa penyelesain Ketiga masalah diatas, kematian Dulmatin dan pentolan teroris lainnya tentu Anda pasti bisa menilai. Memiliki makna atau tidak?

Entry filed under: Uncategorized.

Sakit Kepala We Will Not Go Down

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


SAVE PALESTINA


FREE PALESTINE | CONDEMN ISRAELI OCCUPATION


April 2010
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930  

Top Rating

Blog Stats

  • 18.211 hits

Tuker Link

Link to us, we did link you back :

Kolom blog tutorial

Kolom blog tutorial

RSS Feed yang Tidak Diketahui

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS Feed yang Tidak Diketahui

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Arsip

Pembaca Blog-Ku

      

Heru Lianto       

Chatt With Me

                   

Save Gaza